memorys my friend 1 my friend II pantai is't my

Selasa, 16 Juli 2013

tidak nyaman jadi pegawai

Rahmat yang harus disyukuri jika kita bisa memilih pekerjaan sesuai dengan keinginan kita dan mendapatkannya. Tentu saja pekerjaan yang saya maksudkan adalah ’sesuai’ dengan ridhoNya. Meski apa yang kita pilih tidak didapatkan, boleh jadi Tuhan memilihkan pekerjaan lain yang masih mensejahterakan dan membahagiakan juga.

Menjadi karyawan swasta (apalagi wiraswasta) juga bukan pilihan utama saya, karena sebelumnya saya menginginkan menjadi seorang olahragwan (pemain Sepak Bola). Waktu itu setelah lulus Sekolah (STM) yang terfikir dalam benak saya hanya bermain Sepak Bola, betapa senangnya bisa bermain untuk sebuah club bola semisal Arema atau Persebaya.
Setelahnya saya baru nge, ternyata untuk bisa menjadi seorang pemain profesional dan masuk dalam sebuah perserikatan ada beberapa faktor teknis dan nonteknis, Saya tidak berpengalaman dalam faktor nonteknis, karena memang tidak dipelajari selama sekolah. Ini tidak berarti untuk masuk pada club besar faktor nonteknis masih berpengaruh, boleh jadi itu hanya menimpa saya saja. Sekarang perekrutannya saya dengar sudah transparan dan fair. Andai umur masih memenuhi syarat, dipastikan tidak akan lolos juga karena untuk lari 3 kali putaran lapangan bola saja sudah banyak bintang yang berkelip di kepala saya.
Tidak banyak lamaran kerja yang saya buat. Salah satunya alhamdulillah diterima di perusahaan swasta, sebuah perusahaan BMD (Birina Multi Daya) yang kini beralih nama menjadi MIS (mandiri Investama Sejati). Di perusahaan swasta nasional ini saya bekerja selama 5 tahun, sebelum akhirnya dimutasikan, ditempatkan di anak perusahaan baru.
Rupanya pengetahuan dasar yang saya punyai saat awal bekerja tidak banyak dipakai, bahkan boleh dikata berbeda. Saya dan dua teman lainnya di tempatkan bagian Produksi sebagai operator mesin pengisi produk jadi ke mesin pengemas. Selain bekerja sebagia operator pengisi produk juga di perbantukan juga untuk helper operator packing.
Profesi ini bagi Keluarga saya boleh di bilang membanggakan karena keluarga saya lebih senang kalau saya menjadi seorang karyawan di banding seorang olahragawan, Awal bekerja di sana terasa berat, apalagi perjalanan berangkat dan pulang yang ditempuh rata-rata 1,5 jam menggunakan motor. Namun, lama-lama ya biasa saja, masih terhitung ringan dibandingkan dengan kakak saya yang seorang security di NTB yang minimal bisa 6 bulan baru berjumpa dengan keluarganya.
Hubungan kerja dengan atasan tidak terlalu formil, santai namun tetap bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan. Saat pulang kerja kalau memang sudah waktunya ya pulang saja, meski bos masih di tempatnya. Bos/atasan kadang hanya jabatan sementara, boleh jadi besok anak buahnya gantian menjadi bosnya, dan tidak perlu harus merasa turun martabatnya. Juga tidak jarang, terutama di department ‘produksi yang malah menolak jabatan, karena dirasa menambah beban dan menganggu hobi.
Teman kerja yang datang dan pergi cukup tinggi frekwensinya, terutama karyawan temporer. Kebetulan karena bagian saya agak langka, maka sangat diuntungkan. Selama beberapa tahun, keluar masuk perusahaan sangat mudah, bahkan masih bekerja pun sering ditawari dengan iming-iming gaji atau insentif yang lebih menarik oleh perusahaan lain.
Fenomena mudahnya karyawan swasta pindah kerja ini, membuat saya berfikir ulang tentang masa depan saya, kadang terlintas di benak saya apakah saya salamanya akan jadi pegawai, tanpa ada kemajuan yang berarti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar