Rahmat yang harus disyukuri jika kita bisa memilih pekerjaan
sesuai dengan keinginan kita dan mendapatkannya. Tentu saja pekerjaan yang saya
maksudkan adalah ’sesuai’ dengan ridhoNya. Meski apa yang kita pilih tidak
didapatkan, boleh jadi Tuhan memilihkan pekerjaan lain yang masih
mensejahterakan dan membahagiakan juga.
Menjadi karyawan swasta (apalagi wiraswasta) juga bukan pilihan utama saya, karena sebelumnya saya menginginkan menjadi seorang olahragwan (pemain Sepak Bola). Waktu itu setelah lulus Sekolah (STM) yang terfikir dalam benak saya hanya bermain Sepak Bola, betapa senangnya bisa bermain untuk sebuah club bola semisal Arema atau Persebaya.
Setelahnya saya baru nge, ternyata
untuk bisa menjadi seorang pemain profesional dan masuk dalam sebuah
perserikatan ada beberapa faktor teknis dan nonteknis, Saya tidak berpengalaman
dalam faktor nonteknis, karena memang tidak dipelajari selama sekolah. Ini
tidak berarti untuk masuk pada club besar faktor nonteknis masih berpengaruh, boleh
jadi itu hanya menimpa saya saja. Sekarang perekrutannya saya dengar sudah
transparan dan fair. Andai umur masih memenuhi syarat, dipastikan tidak akan
lolos juga karena untuk lari 3 kali putaran lapangan bola saja sudah banyak
bintang yang berkelip di kepala saya.
Tidak banyak lamaran kerja yang saya buat. Salah satunya
alhamdulillah diterima di perusahaan swasta, sebuah perusahaan BMD (Birina
Multi Daya) yang kini beralih nama menjadi MIS (mandiri Investama Sejati). Di
perusahaan swasta nasional ini saya bekerja selama 5 tahun, sebelum akhirnya dimutasikan,
ditempatkan di anak perusahaan baru.
Rupanya pengetahuan dasar yang
saya punyai saat awal bekerja tidak banyak dipakai, bahkan boleh dikata
berbeda. Saya dan dua teman lainnya di tempatkan bagian Produksi sebagai
operator mesin pengisi produk jadi ke mesin pengemas. Selain bekerja sebagia operator
pengisi produk juga di perbantukan juga untuk helper operator packing.
Profesi ini bagi Keluarga saya boleh di bilang membanggakan
karena keluarga saya lebih senang kalau saya menjadi seorang karyawan di
banding seorang olahragawan, Awal bekerja di sana terasa berat, apalagi
perjalanan berangkat dan pulang yang ditempuh rata-rata 1,5 jam menggunakan
motor. Namun, lama-lama ya biasa saja, masih terhitung ringan dibandingkan
dengan kakak saya yang seorang security di NTB yang minimal bisa 6 bulan baru
berjumpa dengan keluarganya.
Hubungan kerja dengan atasan tidak terlalu formil, santai
namun tetap bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan. Saat pulang kerja kalau
memang sudah waktunya ya pulang saja, meski bos masih di tempatnya. Bos/atasan
kadang hanya jabatan sementara, boleh jadi besok anak buahnya gantian menjadi
bosnya, dan tidak perlu harus merasa turun martabatnya. Juga tidak jarang,
terutama di department ‘produksi yang malah menolak jabatan, karena
dirasa menambah beban dan menganggu hobi.
Teman kerja yang datang dan pergi cukup tinggi frekwensinya,
terutama karyawan temporer. Kebetulan karena bagian saya agak langka, maka
sangat diuntungkan. Selama beberapa tahun, keluar masuk perusahaan sangat
mudah, bahkan masih bekerja pun sering ditawari dengan iming-iming gaji atau
insentif yang lebih menarik oleh perusahaan lain.
Fenomena mudahnya karyawan swasta pindah kerja ini, membuat saya
berfikir ulang tentang masa depan saya, kadang terlintas di benak saya apakah
saya salamanya akan jadi pegawai, tanpa ada kemajuan yang berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar